PENYEBARAN POLUTAN DI KEGIATAN PEMANFAATAN OLI BEKAS
DOI:
https://doi.org/10.33005/envirotek.v11i2.7Keywords:
Karbon Monoksida (CO), Dispersi, Gauss, pemanfaat Oli BekasAbstract
Sebagian besar CO diemisikan melalui cerobong dan terdispersi disekitar area industri, sesuai kondisi meteorologi lokalnya. Dalam penelitian telah dianalisis kuantitas emisi debu dari cerobong industri pemanfaat oli bekas dan pola sebarannya.. Pola dispersi CO di area sekitar industri diestimasi menggunakan persamaan umum model Gauss. Hasil analisis pola umum angin berupa arah dan kecepatan angin digambarkan dalam mawar angin (wind rose). Stabilitas atmosfer ditentukan berdasarkan kecepatan angin dan pola radiasi harian. Hasil penelitian menunjukkan pola angin pada kondisi atmosfer rata-rata musim kemarau (bulan Oktober) dominan ke arah selatan. Stabilitas atmosfer berdasarkan data meteorologi diperoleh pada periode musim kemarau adalah katogori D (Netral). Sebaran emisi berupa CO paling tinggi cerobong 1 adalah 118,94 μg/m3 dengan jarak 150 meter dari sumber emisi. Konsentrasi maksimum CO pada musim kemarau yang bersumber dari Cerobong 2 adalah 124,14 μg/m dengan jarak 150 meter. Pada sebaran jarak terjauh 500 meter cerobong 1 adalah 34,07 μg/Nm3 dan cerobong 2 adalah 35,90 μg/Nm3.
Downloads
References
Arya S.P. (1999). Air Pollution Meteorology and Dispersion Departement of Marine Earth and Atmospheric. New York : North California State University.
Assomadi A.F. ,Widodo B. ,Hermana J. (2016). The Kinetic Approach of NOx Photoreaction Related to Ground Measurement of Solar Radiaton in Estimates of Surface Ozone Concentration. International Journal of ChemTech Research, 9(7), 182 – 190
Hassan, H. 2000. Application of Line Source Air Quality Model to TH Study o Traffic Carbon Monoxida in Brunei Darrusalam. ASEAN Jurnal on Science and Technology for Development, 17 (1).
Koehn A.C. (2013). Comparison of Atmospheric Stability Method of Calculating Ammonia and Methane Emission Rates with Windtrax. American Society of Agriculture and Biological Engineer. ISSN 2151-0032.
Li Xiangyi S. (2008). Plume Rise and Ground Level Concentration of Emission from Distribute Power Generation Unit : Observation and Water Channel Modelling. Laboratory of Environmental Flow Modelling of California at Riverside, Riverside.
Magidi S. (2013). Determining The Atmespheric Stability Classes for Mazoe in Northern Zimbabwe. International Journal of Engineering Research and Aplication.
Mukono, H.J. (2006). Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan (Edisi Kedua). Surabaya: Airlangga University Press.
Newman J. (2014). The Impact of Atmospheric Stability on The Accuracy of Wind Speed Extrapolation Methods. Resources, 3, 81-105.
Noviani, Elaesis. (2013). Pengaruh Jumlah Kendaraan dan Faktor Meteorologis (Suhu dan Kecepatan Angin) Terhadap Peningkatan Konsentrasi Gas Pencemar CO, NO2, dan SO2 Pada Persimpangan Jalan Kota Semarang (Studi Kasus Jalan Karangrejo Raya, Sukun Raya dan Ngesrep Timur V. Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro : Semarang.
Oke TR. (1978). Boundary Layer Climates. London: Methuen & Co. Ltd.
Ruhiat, Y. (2008). Model Prediksi Distribusi Laju Penyebaran Sulfur Dioksida dan Debu dari Kawasan Industri (Studi Kasus di Kota Cirebon). Jurnal Agromet Indonesia, 22 (1).
Sabin, T.J., Bailer-Jones dan Whiters, P. J. (2000). Accelerated Learning Using Gausian Process Models to Predict Static Recrystalization in an Al-Mg Alloy. USA.
MacDonald R. (2003). Theory and Objectives of Air Dispersion Modeling. Waterloo : Departement of Mechanical Engineering. University of Waterloo.
U.S.EPA. (2005). Air Quality Models : Adoption of Preferred General Purpose (Flat and Complex Terrain) Dispersion Model.
Visscher, A. (2014). Air Dispersion Modelling.
New Jersey : John Wilwy & Sons Inc.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2019 Hardian Puji Laksono, Tuhu Agung Rachmanto
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.